Interaksi Kader
Posyandu
Mewujudkan “AKINO”
di Kelurahan Liwuto
Kec. Kokalukuna
BAUBAU
SULTRA
Penulis: Munawir Wahid, LSM APPAK - Baubau
Kelurahan
Liwuto adalah satu dari dua kelurahan yang terdapat di Pulau makassar, penduduknya
berjumlah 2444 Jiwa yang terdiri dari laki-laki 1168 jiwa, perempuan 1276 jiwa.
secara geogafis kelurahan ini memang terpisah dari daratan Baubau sehingga
pelayanan kesehatan tidak maksimal, apalagi ditunjang dengan domisili sebagian
besar dari petugas kesehatan terpusat di Kota Baubau.
Menurut Ibu Faidah (Ketua Kader Liwuto), pada tahun 2010 ke bawah Kelurahan
Liwuto telah ada sarana kesehatan seperti Puskesmas namun pelayanan kesehatan
tidak maksimal, beberapa kasus yang terjadi antara lain ada 11 anak terdeteksi
penderita Gizi Buruk akibat tidak aktifnya Posyandu, persalinan yang ditolong
nakes masih sangat minim, di perburuk dengan tenaga kesehatan baik dokter dan petugas
Puskesmas tidak berdomisili di kelurahan Liwuto. Tidak jarang untuk kasus ibu
melahirkan masih di rujuk ke rumah sakit Baubau dan masih banyak persalinan
dilakukan oleh dukun.
Akhir tahun 2010, Lembaga APPAK melakukan sosialisasi
awal tentang program revitalisasi Posyandu, kegiatan tersebut diikuti oleh
seluruh kader Posyandu, tokoh masyarakat dan pemerintah kelurahan. Bapak Lurah
Liwuto yaitu La Apu, SH. Mengatakan,
Kelurahan Liwuto kasus anak kurang gizi sudah semakin menurun bahkan tidak ada
yang gizi buruk, beliau juga berkata, tetapi
Kader Posyandu sebagai penggerak mempunyai tantangan agar mampu mengajak setiap
keluarga utamanya ibu dan anak-anak aktif ke Posyandu, setiap ibu bersalin di
Puskesmas atau sarana kesehatan yang ada.
Masuknya lembaga APPAK yang di Support oleh ACCESS Phase
II Sultra menguatkan kapasitas kader Posyandu terkait peran dan fungsinya, guna
melakukan interaksi baik dikelompok, antar kelompok warga dan pemerintah
kelurahan maupun Puskesmas. Pada tahun 2011 Pemerintah Kota Baubau yakni dinas
kesehatan melakukan sosialisasi tentang Jaminan Persalinan (Jampersal) namun
tidak melibatkan kader Posyandu sehingga target Jampersal yang dicapai hanya
10% dari 2 Milyar alokasi anggaran yang diporsikan, (diskusi dengan dinas
kesehatan bagian KIA pada wawancara Apresiatif tahun 2011).
Bulan April 2012, kader Posyandu menggelar diskusi
tentang penyusunan butir kesepakatan warga/piagam warga, dimana salah satu isi
piagam warga adalah Persalinan hanya akan dilakukan di Sarana kesehatan dengan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan dukun bayi, jika terjadi pertolongan
persalinan rumah maka warga harus membayar jasa tenaga kesehatan dan dukun
bayi.
Sejak itu, kader Posyandu aktif berinteraksi dengan
Puskesmas, mengontak bidan desa untuk hari pelaksanaan Posyandu, melakukan
sosialisasi jampersal baik dilakukan dengan kunjungan rumah maupun ketika ada
arisan PKK, Majelis ta’lim. Bahkan Kader Posyandu menjemput sendiri ibu yang
akan bersalin kemudian membawa ke Puskesmas, seperti yang dilakukan oleh Ibu
Faidah tiga bulan yang
lalu, Menurut Dina Amaya salah seorang kader Posyandu.
Kader Posyandu dikelurahan Liwuto selain usaha untuk mewujudkan AKINO, mereka juga sukses
mengajak warga dan kelompok warga yang lain untuk mengembangkan Obat-Obat
Tradisional seperti membuat kunir asem, dan mengembangkan PMT yang berbasis
potensi lokal di
Posyandu, mendesakkan anggaran PMT ke pihak Puskesmas, membuat obat kulit
(salep) serta mengembangkan kelompok ekonomi perempuan di kelurahan Liwuto.
*****