Rabu, 12 Desember 2012

Cita Cita Untuk mewujudkan "AKINO"



Interaksi Kader Posyandu 
Mewujudkan  “AKINO” di Kelurahan Liwuto
Kec. Kokalukuna
BAUBAU
SULTRA
Penulis:  Munawir Wahid, LSM APPAK - Baubau


Kelurahan Liwuto adalah satu dari dua kelurahan yang terdapat di Pulau makassar, penduduknya berjumlah 2444 Jiwa yang terdiri dari laki-laki 1168 jiwa, perempuan 1276 jiwa. secara geogafis kelurahan ini memang terpisah dari daratan Baubau sehingga pelayanan kesehatan tidak maksimal, apalagi ditunjang dengan domisili sebagian besar dari petugas kesehatan terpusat di Kota Baubau.

Menurut Ibu Faidah (Ketua Kader Liwuto), pada tahun 2010 ke bawah Kelurahan Liwuto telah ada sarana kesehatan seperti Puskesmas namun pelayanan kesehatan tidak maksimal, beberapa kasus yang terjadi antara lain ada 11 anak terdeteksi penderita Gizi Buruk akibat tidak aktifnya Posyandu, persalinan yang ditolong nakes masih sangat minim, di perburuk dengan tenaga kesehatan baik dokter dan petugas Puskesmas tidak berdomisili di kelurahan Liwuto. Tidak jarang untuk kasus ibu melahirkan masih di rujuk ke rumah sakit Baubau dan masih banyak persalinan dilakukan oleh dukun.


Akhir tahun 2010, Lembaga APPAK melakukan sosialisasi awal tentang program revitalisasi Posyandu, kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh kader Posyandu, tokoh masyarakat dan pemerintah kelurahan. Bapak Lurah Liwuto yaitu La Apu, SH.  Mengatakan, Kelurahan Liwuto kasus anak kurang gizi sudah semakin menurun bahkan tidak ada yang gizi buruk,  beliau juga berkata, tetapi Kader Posyandu sebagai penggerak mempunyai tantangan agar mampu mengajak setiap keluarga utamanya ibu dan anak-anak aktif ke Posyandu, setiap ibu bersalin di Puskesmas atau sarana kesehatan yang ada.

Masuknya lembaga APPAK yang di Support oleh ACCESS Phase II Sultra menguatkan kapasitas kader Posyandu terkait peran dan fungsinya, guna melakukan interaksi baik dikelompok, antar kelompok warga dan pemerintah kelurahan maupun Puskesmas. Pada tahun 2011 Pemerintah Kota Baubau yakni dinas kesehatan melakukan sosialisasi tentang Jaminan Persalinan (Jampersal) namun tidak melibatkan kader Posyandu sehingga target Jampersal yang dicapai hanya 10% dari 2 Milyar alokasi anggaran yang diporsikan, (diskusi dengan dinas kesehatan bagian KIA pada wawancara Apresiatif tahun 2011).

Bulan April 2012, kader Posyandu menggelar diskusi tentang penyusunan butir kesepakatan warga/piagam warga, dimana salah satu isi piagam warga adalah Persalinan hanya akan dilakukan di Sarana kesehatan dengan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan dukun bayi, jika terjadi pertolongan persalinan rumah maka warga harus membayar jasa tenaga kesehatan dan dukun bayi.

Sejak itu, kader Posyandu aktif berinteraksi dengan Puskesmas, mengontak bidan desa untuk  hari pelaksanaan Posyandu, melakukan sosialisasi jampersal baik dilakukan dengan kunjungan rumah maupun ketika ada arisan PKK, Majelis ta’lim. Bahkan Kader Posyandu menjemput sendiri ibu yang akan bersalin kemudian membawa ke Puskesmas, seperti yang dilakukan oleh Ibu Faidah tiga bulan yang lalu, Menurut Dina Amaya salah seorang kader Posyandu.

Cita-Cita untuk mewujudkan AKINO (Angka Kematian Ibu Nol) di Kelurahan Liwuto bukanlah sebuah keniscayaan yang tidak dapat diwujudkan, kata salah seorang bidan di Lingkup Puskesmas Liwuto, saat ini saja sudah terjadi peningkatan yang cukup drastis persalinan diPuskesmas, tercatat pada bulan Januari 2012 masih ada satu orang ibu yang bersalin dirumah tetapi ditolong oleh bidan, tetapi pada bulan Januari-November 2012 tercatat ada 10 orang ibu yang bersalin di Puskesmas Liwuto semua persalinan diklaim lewat Jampersal.


Kader Posyandu dikelurahan Liwuto selain usaha untuk mewujudkan AKINO, mereka juga sukses mengajak warga dan kelompok warga yang lain untuk mengembangkan Obat-Obat Tradisional seperti membuat kunir asem, dan mengembangkan PMT yang berbasis potensi lokal di Posyandu, mendesakkan anggaran PMT ke pihak Puskesmas, membuat obat kulit (salep) serta mengembangkan kelompok ekonomi perempuan di kelurahan Liwuto.
*****